Puisi

     Puisi adalah hasil karya dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Puisi sebagai salah satu krya sastra memiliki ciri-ciri yang juga dimiliki karya sastra lain, yaitu bahasa yang imajinatif. Ini merupakan ciri khas puisi karena keuatan puisi terletak pada kata-katanya.
     Puisi sering sekali menggunakan lambang-lambang untuk menambah penekanan maknanya.
     Unsur-unsur yang membangun puisi, antara lain sebagai berikut :
1. Tema puisi, adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair. Tema bersi
     fat khusus ( diacu dari penyair ), obyek ( semua pembaca harus menafsirkan sama ), dan lugas 
     ( bukan makna kiasan )
2. Nada dan Suasana Puisi, disamping tema, puisi juga mengungkapkan nada suasana kejiwaan. 
    Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca.
3. Perasaan dalam puisi, disadari atau tidak mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan    
    perasan penyair akan dapat kita tangkap kalau puisi itu dibaca keras dalam deklamasi. Perasa
    an yang menjiwai puisi bisa perasaan gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, sombong
    dan lain-lainnya.
4. Amanat dalam puisi, amanat atau pesan merupakan kesan yang diperoleh pembaca setelah 
    membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca.
Contoh :
                                          Menyesal 
                                     oleh Ali Hasjmi
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
   Aku lalai di hari pagi
   Beta lengah di masa muda
   Kini hidup meracun hati,
   Miskin ilmu, miskin harta
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
   Kepada yang muda kuharapkan,
   Atur barisan di hari pagi
   Menuju ke arah padang bakti,
                                  Sumber : Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa, 2003 : 30
     Tema dalam puis di atas adalah pendidikan. Nada dan suasana dalam puis tersebut adalah nada putus asa. Hal ini dapat kita temukan pada kata-kata yang dipergunakanm oleh penyair, yaitu kata-kata yang mencerminkan keptusasaan. Semantara itu, perasaan dalam puisi itu adalah perasan menyesal karena telah menyiasa-nyiasakan masa mudanya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Sekarang yang ada hanyalah sesal yang tiada gunanya. Amanat dalam puisi itu dapat kita tangkap pada bait terakhir yang berbynyi kepada yang muda kuharapkan/ atur barisan di pagi hari/ menuju ke arah padang bakti ! berdasarkan bait terakhir tersebut penyair manasitkan kepada kaum muda untuk mempersiapkan diri menyonsong masa depan.

Konflik Drama

     Konflik drama, ialah ketegangan atau pertentangan dalam drama ( petentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri seorang tokoh, dua orang tokoh, atau kelompok )
Penyeb konflik antara lain : dengan diri sendiri ( konflik batin),antartokoh, budaya, alam/ lingkungan, sosial )
Contoh :
Sulung    : Hem. Di sana kami punya wali negara, bangsa awak. Di sana segala lapangan kerja buka
                  lebar-lebar bagi bangsa awak. Di sana, bagian terbesar tentara polisi, alat negara bangsa
                  awak. Di atas segalanya, kami di sana hidup damai. Rukun berdampingan antara si putih 
                  dan bangsa awak.
Bapak     : Dan di atas segalanya pula. di sana si putih menjadi diperlukan. Dan sebuah bendara 
                  asing jadi lambang kedaulatan, lambang kuasa; penjajahan. Dapatkah itu kau artikan 
                  kemerdekaan ?
( Bapak, B. Sularto )
Konflik yang terdapat dalam kutipan drama tersebut adalah si bapak menerima kenyataan bahwa anaknya telah salah langkah karena menjadi penghianat bangsa dan negara. Terbukti anaknya sangat memuji penjajah ( kulit putih )
Tahapan konflik dapat pula dibagi menjadi awal konflik, konflik, konflik mulai bergerak (konfiksasi), puncak konflik atau klimaks, dan penyelesaian atau antiklimaks (akhir konflik)

Plot / Alur dan Dialog

     Plot atau alur adalah kejadian atau peristiwa dalam drama yang disusun secara logis dan kronologis, saling terkait.
Plot/ alur/ rangka cerita dalam dramal sebagai berikut :
1. Permulaan ( protasis/exposition), yaitu bagian yang mengantarkan/ memaparkan para tokoh, menjelaskan latar cerita, gambar peristiwa yang akan terjadi.
2. Jalinan kejadian ( epitato/ complication ), yaitu bagian yang menggambarkan pertikaian yang dialami oleh tokoh.
3. Puncak laku ( catastasis/ klimaks ), yaitu bagian yang menguraikan peristiwa-peristiwa mencapai titik kulminasi, mencapai puncak ketegangan.
4. Ketegangan menurun, yaitu bagian yang menceritakan ketegangan berangsur-angsur menuju titik balik, menuju kesudahannya.
5. Peleraian ( resolution ), yaitu bagian yang menceritakan pertentangan-pertentangan mulai mereda, seolah-olah ada kesepakatan damai di antara para tokoh.
6. Penutupan ( catastrophe/conclusion/ penyelesaian, yaitu bagian yang menceritakan pertentangan yang dialami para tokoh sudah berakhir atau sudah terpecahkan.
Dialog
     Dialog ( percakapan ) merupakan unsur terpenting dari drama. Dialog merupakan unsur pembeda antara drama dengan jenis karya seni ( karya sastra ) yang lain. Melalui dialog, watak, informasi, alur,  suasana, dan tema dapat dimunculkan

Nilai-Nilai dalam Novel

     Dalam sebuah karya sastra terkandung nilai-nilai yang disisipkan oleh pengarang. Nilai-nilai itu antara lain : nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak atau budi pekerti baik dan buruk, nilai sosial, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan norma-norma dalam kehidupan masyarakat ( misalnya saling memberi, menolong, dan tenggang rasa ), nilai budaya, yaitu konsep mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia ( misalnya : adat-istiadat, kesenian, kepercayaan, upacara adat ), dan nilai estetika, yaitu nilai yang berkaitan dengan seni, keindahan dalam karya sastra ( tentang bahasa, alur, tema )
Contoh :
Dari sebuah kantung di dalam keranjang besarnya, Wak Katok mengeluarkan
daun ramu-ramuan. Mereka membersihkan luka-luka Pak Balam dengan air panas dan Wak Katok menutup luka besar di betis dengan ramuan daun-daun yang kemudian mereka membungus dengan sobekan kain sarung Pak Balam. Wak Katok merebus ramuan obat-obatan sambil membaca mantera-mantera, dan setelah air mendidih, air obat dituangkan ke dalam mangkok dari batok kelapa. Setelah air agak dingin, Wak Katok meminumkannya kepada Pak Balam sedikit demi sedikit.
( Harimau-Harimau, Muchtar Lubis )
Nilai sosial yang terdapat dalam kutipan novel tersebut adalah memberi pertolongan kepada orang yang sedang sakit. Karena dalam kutipan diungkapkan, Wak Katok dan teman-temannya memberi pertolongan kepada Pak Balam yang terluka ( membersihkan, mengobati, dan membalutnya ) meminumkannya obat yang mereka buat sendiri.

Sudut Pandang

     Sudut pandang, ialah cara si pengarang mengisahkan/ menceritakan suatu cerita. Sudut pandang terbagi menjadi : orang I, orang III, atau campuran ( orang I dan orang III ).
Sudut pandang I terbagi menjadi : orang I sebagai tokoh utama, contoh : autobiografi, cerita rekaan, tetapi seakan pengarang sendiri yang diceritakan. Orang I pengamat, yaitu pengamat sebagai pengamat, tetapi ada dalam cerita. Kata ganti yang dapat digunakan saya atau aku atau yang sejenisnya, biasa pula disebut sudut pandang akuan. 
Sudut pandang orang III terbagi menjadi : orang III serba tahu, yaitu melaporkan semua tindak tanduk sangat pribadi dari pelaku, dan orang III terarah, yaitu terpusat pada satu karakter. Kata ganti yang dapat digunakan adalah dia, ia, mereka, nama orang, atau kata ganti orang ketiga lainnya, biasa disebut sudut pandang diaan
Contoh
Pak Balam menutup matanya kembali, dan dia terbaring demikian, letih telah
berbicara begitu banyak
Mereka duduk mengelilinginya dengan pikiran masing-masing. Cerita Pak Balam menimbulkan kesan yang dahsyat sekali dalam hati mereka. Mereka ingin dapat selamat sampai ke kampung, meninggalkan hutan dengan harimau maut jauh-jauh di belakang. Akan tetapi, mengakui dosa-dosa di depan kawan-kawan semua.
Harimau-Harimau, Muchtar Lubis
Sudut pandang dalam kutipan tersebut adalah orang III serba tahu karena melaporkan semua tindak tanduk tokoh, yaitu Pak Balam dan mereka.

Latar Cerita

     Latar cerita, ialah keterangan mengenai waktu, ruang / tempat, dan suasana terjadi lakuan dalam karya sastra.
Contoh :
Mereka melihat harimau melepaskan Pak Balam dan terus berlari, menghilang ke dalam hutan yang gelap. Dengan cepat mereka berlari ke tempat Pak Balam terbaring. Dalam cahaya samar-samar dari pohon kayu yang menyala, mereka melihat betapa kaki kiri Pak Balam hancur betisnya karena gigitan harimau, daging dan otot betisnya koyak hingga kelihatan tulangnya yang putih dan darah mengalir amat banyak.
Pak Balam koyak-moyak, dan seluruh badannya penuh dengan luka-luka kecil dan gores-gores merah kena duri, batu, dan kayu ketika dilarikan harimau. Mukanya berdarah keluar dari hidungnya, dari mulutnya Pak Balam kelihatannya pingsan, tak sadarkan diri, dia hanya terbaring di sana mengerang-ngerang.
Harimau-Harimau, Muchtar Lubis
Latar atau tempat, yang terdapat dalam kutipan tersebut adalah hutan rimba karena dalam hutan rimbalah terdapat harimau dan secara tersurat digambarkan pengarang.

Amanat Cerita

     Amanat, ialah pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui isi cerita dikarangnya. Amanat yang disampaikan dapat secara langsung (tertulis), melalui dialog antartokoh dalam cerita atau tidak langsung (tersirat).
Contoh :
Kemudian Pak Balam menutup matanya kembali, memandang mencari muka Wak Katok, dan ketika pandangan mereka bertaut, Pak Balam berkata kepada Wak Katok, " Akuilah dosa-dosamu, Wak Katok, dan sujudlah ke hadirat Tuhan, mintalah ampun kepada Tuhan Yang Maha Penyayang dan Maha Pengampun, akuilah dosa-dosamu, juga kalian, supaya kalian selamat keluar dari rimba ini, terjauh dari rimba ini, terjauh dari bahaya yang dibawa harimau... biarlah aku yang jadi korban ... "
Harimau-Harimau, Muchtar Lubis
    Amanat yang terkandung dalam kutipan tersebut adalah " Bertaubat dan minta ampunan atas dosa yang telah diperbuat, pasti Tuhan akan mengampuninya, dan hidupmu akan selamat. "

Watak Tokoh

     Perwatakan tokoh, adalah karakter atau sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku tokoh dalam cerita. Pengarang menggambarkan watak tokoh antara lain melalui :
1. penjelasan langsung dari pengarang(tertulis) bahwa tokohnya berwatak baik, marah, sadis, dengki, licik,kikir, sombong, bijaksana, rapi , dan sebagainya.
2. dialog antartokoh
3. tanggapan atau reaksi dari tokoh lain terhadap tokoh utama
4. pikiran-pikiran dalam hati tokoh
5. lingkungan di sekitar tokoh atau penampilan tokoh( rapi,,bersi, teratur dan sebagainya )
6. bentuk fisik tokoh
7. tingkah laku, tindakan tokoh, atau reaksi tokoh terhadap masalah.
Contoh :
" Aku merasa ringan, kini aku sudah menceritakan kepada kalian di depan Wak Katok beban dosa yang selama ini menghimpit hatiku dan kepalaku. Aku sudah mengakui dosa-dosaku, dan tolonglah doa'akan supaya Tuhan suka kiranya mengampuni dosa-dosaku Wak Katok ......". Pak Balam mendekatkan kedua telapak tangan seperti orang berdo'a, dan mulutnya koma-kamit. Pak haji bertakbir, perlahan-lahan, " Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar !"
( Harimau-Harimau, Muchtar Lubis )
Watak Pak Balam dalam kutipan tersebut adalah jujur, yaitu dia mengakui dosa yang telah diperbuatnya di depan teman-temannya. Pengarang melukiskan watak tokoh melalui dialog atau percakapan antartokoh

Kalimat Majemuk

     Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat dibedaka atas :
1. Kalimat majemuk setara ( Kooridnatif ) adalah kalimat majemuk yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat. Kalimat majemuk semacam ini biasanya ditandai dengan kata penghubung : dan, lagi, atau, tetapi, melainkan, sedangkan.
Misalnya : 
Saya berangkat ke sekolah, sedangkan ibu pergi ke pasar.
kalimat di atas berpola S-P-K, S-P-K
Kalimat majemuk yang lain hanya memilki satu subyek atau predikat disebut kalimat majemuk rapatan. Misalnya :
     a. Adik memetik dan mengupas mangga
     b. Joko dan adiknya sedang bermain catur.
2.  Kalimat majemuk bertingkat ( Subordinatif ) adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih yang tidak sederajat. Salah satu menduduki fungsi utama kalimat, yang lain lazimnya disebut induk kalimat ( klausa atasan ), sedangkan pola yang lain, yang lebih rendah kedudukannya, disebut anak kalimat ( klausa bawahan ). Funsi itu sekaligus menunjukan relasi antara induk kalimat dengan anak kalimat.
Anak kalimat ( klausa bawahan ) dapat dibagi menjadi :
a. Anak kalimat yang menduduki fungsi utama kalimat, yaitu anak kalimat subyek dan anak kalimat predikat, misalnya :
    1. Yang harus menyelesaikan pekerjaan itu telah meninggalkan tempat ini.
                  (anak kalimat subyek )
    2. Ayah saya yang telah menyelesaikan pembangunan itu.
                                                       (anak kalimat predikat )
b. Anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi pelengkap, yaitu anak kalimat obyek misalnya:
Hasan mengumumkan bahwa kita semua harus hadir besok pagi.
                                                           (anak kalimat obyek )
c.   Anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi tambahan yang renggang, yaitu anak kalimat keterangan subyek, anak kalimat keterangan predikat, anak kalimat keterangan obyek, anak kalimat keterangan keterangan waktu, anak kalimat keterangan sebab, anak kalimat keterangan akibat, dan lain-lain .misalnya :
1. Siswa yang baru menempuh ujian berkumpul di halaman. ( anak kalimat keterangan subyek)
2. Wanita itu guru yang mengajar di SMA Negeri 4. ( anak kalimat keterangan predikat )
3. Ia telah memukul anak yang mencuri mangga. ( anak kalimat keterangan obyek )
4. Sebelum matahari terbit saya berangkat ke sekolah. ( anak kalimat keterangan waktu )
5. Direktur memecat karyawannya karena menggelapkan uang. ( anak kalimat ket  sebab)
6. Kakinya tersandung batu sehingga tidak dapat berjalan. ( anak kalimat keterangan akibat )

Frase ( Kelompok Kata )

Frase adalah kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.
Contoh : Hari ini /siswa SMA /sedang ujian /bahasa Indonesia.
                    K                S                   P                             Pel.
Kalimat di atas terdiri dari empat frase, dan masing-masing mempunyai, yakni : keterangan, subyek, predikat, dan pelengkap. Frase-frase tersebut mempunyai unsur pusat ( inti ) yakni : hari, siswa, ujian, dan bahasa; dan unsur atribut, yakni : ini, SMA, sedang, dan Indonesia 
Jenis-jenis Frase :
Berdasarkan unsur intinya, frase dibedakan menjadi :
a.   Frase endosentris
      a. Frase endosentris koordinatif, yaitu frase yang unsur-unsurnya setara atau sederajat.
          Misalnya: Ayah dan ibu/sedang pergi.
      b. Frase endosentris atribut, yaitu frase yang mempunyai unsur pusat dan unsur atribut
          Misalnya: Sepatu saya/ hilang.
      c. Frase endosentris apositif, yaitu frase yang memiliki unsur pusat dan unsur oposisi.
          Misalnya: Aminah, anak Pak Lurah,/cantik sekali.
b.   Frase eksosentris, yaitu frase yang tidak memiliki unsur pusat. Misalnya : Anak-anak itu/sedang bermain/di halaman. Selain itu, frase dapat pula diperluas dengan kata yang. Frase ini akan membentuk klausa.
Misalnya : 1. Buku yang tebal itu/ kepunyaanku.
                   2. Orang yang kemarin datang/ pamanku.
                   3. Baju yang baru dibeli/ kekecilan.
     Selain jenis frase di atas, dikenal pula frase ambigu dan frase atribut berimbuhan. Frase ambigu adalah frase yang bermakna ganda. misalnya : Lukisan ayah/ dipajang/ di ruang tamu.
Frase Lukisan ayah mempunyai makna likisan milik ayah, lukisan mengenai diri ayah atau lukisan buatan ayah. Frase atribut berimbuhan artinya frase yang unsur perluasannya berimbuhan. Misalnya. saya tidak berani berjalan melalui tangga berjalan. Kata tangga dalam frase tangga barjalan merupakan unsur pusat sedangkan berjalan merupakan unsur perluasan.

Menarik Kesimpulan dengan cara Silogisme

Menarik suatu kesimpilan dengan cara silogisme, mula-mula diketengahkan suatu pernyataan yang bersifat umum, disebut premis umum (PU ). Kemudian disusul dengan sebuah pernyataan yang bersifat khusus, yang disebut premis khusus ( PK ). Lalu diakhiri dengan sebuah pernyataan yang berupa kesimpulan ( K ). Silogisme ini bagian dari penalaran deduksi. Jika dirumuskan sebagai berikut :

PU : A = B

PK : C = A

K : C = B

Silogisme terbagi menjadi dua jenis sbb :

a. Silogisme kategorial.

Contoh :

PU : Pelajar harus mematuhi peraturan sekolah

A B

PK : Saya pelajar.

C A

K : Saya harus mematuhi peraturan sekolah.

C B


b. Silogisme Negatif

Jika salah satu premis negatif, kesimpulannya juga negatif.

Contoh :

PU = Semua penduduk Indonesia yang belum berusia 17 tahun tidak perlu memiliki KTP.

PK = Ali penduduk Indonesia yang belum berusia 17 tahun.

K = Ali tidak perlu memiliki KTP


C. Entimem

Entimen adalah silogisme yang diperpendek. Silogisme ini langsung mengetengahkan kesimpul

an dengan premis khusus yang menjadi penyebabnya.

C = B karena C = A

Contoh :

PU = Semua warga negara Indonesia harus terampil berbahasa Indonesia.

PK = Made Aryana adalah warga negara Indonesia.

K = Made Aryana harus terampilan berbahasa Indonesia

Entimem : Made Aryana harus terampil berbahasa Indonesia karena ia warga negara Indonesia


Menarik Kesimpulan isi Teks berdasarkan Sebab-akibat

     Penalaran sebab-akibat juga merupakan bagian induksi. Penalaran dimulai dengan mngemukakan fakta berupa sebab lalu disusul dengan kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh :
Hujan bertuturt-turut mengguyur desa kami. Air sungai berangsur-angsur naik. Jalan dan halaman rumah pun mulai digenangi air. Akhirnya, banjir pun melanda desa kami.

Menarik Kesimpulan Isi Teks Berdasarkan Pola Analogi

Analogi

Cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara ini berdasarkan pada sebuah asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain.
Contoh :
Secara tak sengaja Amara mengetahui bahwa pensil Steadler 4B menghasilkan gambar vinyet yang memuaskan hatinya. Pensil itu sangat lunak dan menghasilkan garis-garis hitam tebal. Oleh karena itu, selama bertahun-tahun ia selalu memakai pensil itu untuk membuatvinyet, tetapi ketika ia berlibur di rumah nenek di sebuah kota kecamatan ia kehabisan pensil. Ia mencari di toko-toko di kota itu tidak ada. Akhirnya, daripada tidak mencoret-coret ia memilih merek lain yang lunaknya dengan steadler 4B. " In tentu akan menghasilkan vinyet yang bagus juga, " putusnya.

Menarik Kesimpulan Isi Teks Berdasarkan Pola Generalisasi,

Generalisasi

Adalah prose penalaran yang bertolak dari sejumlah fakta atau gejala khusus yang diamati lalu ditarik kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala uang diamti itu. Jadi, generalisasi merupakan pernyataan yang berlaku umum untum semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta, contoh-contoh, dan data stastik, dsbnya yang merupakan spesifikasi atau ciri sebagai penjelasan lebih lanjut.
Contoh :
Pemerintah mendirikan sekolah sampai ke pelosok. Puskesmas didirikan di mana-mana. Lapangan kerja baru diciptakan. Pembangunan rumah ibadah diperbanyak atau dibantu pemerintah. Memang menjadi tugas pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Mengidentifikasi ciri-ciri Teks Berpola Induktif

Paragraf adalah bagian dari telaah wacana dalam bahasa Indonesia. Penalaran dalam paragraf sebuah wacana dapat berpola deduktif dan induktif. Penalaran induktif adalag proses panalaran yang bertolak dari peristiwa-peristiwa yang sifatnya khusus menuju umum. Apa bila diidentifikasi secara terperinci, paragraf berpola induktif memiliki ciri-ciri sbb :
a. Letak kalimat utama di akhir paragraf
b. Diawali dengan uraian/penjelasan bersifat khusus da diakhiri dengan pernyataan umum.
Contoh :
Di dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 1952, 62,7% orang Amerika yang dapat dip[ilih benar-benar telah dipilih. Dalam pemilihan tahun 1956 persentase adalah 60,4%. Pada tahun 1960 adalah 63,8%. Dari penyajian stastik tersebut, ternyata cukup besar golongan orang Amerika yang berhak memilih tidak menggunakan hak pilihnya dengan sungguh-sungguh.

Pengikut