Sastra Melayu Klasik

     Karya sastra Melayu klasik adalah sastra yang berkembang pada masyarakat Melayu tradisional. Secara umum bentuk karya sastra Melayu klasik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Nama penciptanya tidak diketahui ( anonim )
2. Berisifat prologis, mempunyai logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika umum
3. Berkembang secara statis dan mempunyai rumus yang baku. Misalnya, dalam prosa, menggunakan kata-kata sahibul hikayat, hatta, dan konon.
       Sastra Melayu identik dengan sastra lisan. Dikatakan demikian karena sastra Melayu adalah sastra yang hidup, dikatakan dari mulut ke mulut. Sastra lisan terdiri atas 6 macam, antara lain :
1). mantra, 2) etilogi, 3) teka-teki, 4) fabel, 5) cerita jenaka, 6) cerita pelipur lara.. Karya-karya sastra melayu tersebut mengandung nilai-nilai kehidupan sesuai dengan jenisnya.         
                   
1. Mantra
        Mantra adalah perkataan (ucapan) yang dapat mendatangkan daya (kekuatan gaib), misalnya, kekuatan untuk menyembuhkan sakit, menyuburkan tanah dll.                                                          
2. Etilogi
        Etilogi adalah cerita tentang asal usul nama benda, nama tempat, atau suatu keadaan atau suatu peristiwa. Cerita ini timbulnya karena orang tua menghadapi pertanyaan-pertanyaan anak kecil yang belum dapat berpikir secara logis,
Contoh :                                                                                                                            
Mengapa pohon di hutan besar, sedangkan yang tumbuh di kampung kecil-kecil ? Dahulu kala pohon yang besar itu adalah raksasa. Karena berdosa, dikutuklah raksasa tersebut menjadi pohon besar.
3. Teka-teki
      Teka-teki merupakan bahasa berkias, ada sesuatu yang disembunyikan, yaitu isis dan maksudnya. Hal ini sesuai dengan mental bangsa Melayu yang gemar mengatakan sesuatu secara tidak langsung. Contoh :
       Hitam legam seperti hantu
       Putih hatinya kecil berbaju merah, besar berbaju hujau.
       Apabila hendak mati, berbaju merah.
       Jawabannya : buah manggis
4. Fabel
       Fabel adalah cerita mengenai binatang yang dianggap sebagai manusia, dapat berpikir, berperasaan, berperilaku seperti manusia. Pada umumnya fabel mengandung sindirian terhadap perilaku manusia atau mengandung unsur pendididkan moral. Misalnya, cerita kancil dan buaya atau kura-kura dan siput.
5. Cerita Jenaka
        Cerita jenaka adalah cerita yang mengandung unsur jenaka atau humor. Umumnya cerita ini mengandung pendidikan moral, mengisahkan seseorang yang bujaksana dalam menghadapi suatu persoalan. Misalnya, Hikayat Pak Kodok dan Hikayat Lebai Malang.
6. Cerita Pelipur Lara ( CPL )
       Cerita pelipu lara adalah cerita yang bermaksud menghibur orang yang sedih, terutama kaum remaja yang sedang yang sedang terkena asmara. Tukang cerita pelipur lara disebut pawang.
         Cerita pelipur lara memiliki ciri-ciri tertentu, motif, dan jenisnya pun bermacam-macam. Berikut ini akan dijelaskan :
1. Ciri-ciri cerita pelipur lara adalah sebagai berikut :
    a. Selalu ada lukisan yang indah dan berulang-ulang
    b. Kaya dengan fantasi, misalnya bidadari dan kayangan
    c. Pertemuan antara pria dan wanita selalu tokoh perantara yang diberi nama :
        Nenek Kebayan, Bujang Selamat, si Berkat, si Kembang Manik, atau si Kembang Jinak
2. Motif cerita pelipur lara adalah sebagai berikut :
    a. Selalu ada motif impian.
    b. cara mendapatkan wanita dengan mencuri pakaian bidadari sehingga bidadari tidak bisa 
        pulang ke kayangan.
    c. Selalu ada syarat dari wanita
    d. Selalu ada ingkar janji yang mengakibatkan perpisahan.
3. Macam-macam cerita pelipur lara adalah sebagai berikut :
    a. Hikayat Nalim Deman
    b. Hikayat Anggun Cik Tunggal
    c. Hikayat Raja Budiman
    d. Hikayat Raja Ambon
    e. Hikayat si Miskin
       
        
        

Pengikut