Contoh Analisis Intrinsik Novel Sitti Nurbaya

1. Tema

Novel ini bertemakan kawin paksa yang dialami tokoh utamanya. Sitti Nurbaya sebenarnya tidak mau ketika diminta ayahnya untuk menikah dengan Datuk Meringgih. Ia hanya mencintai Samsulbahri. Namun, Stti Nurbaya prihatin melihat ayahnya. Ia terpaksa menerima takdir. Ia pasrah menjadi istri Datuk Meringgih. Ia ingin melihat ayahnya bahagia tidak dipenjara.

2. Amanat

Amanat dianggap sebagai unsur pentingdalam cerita karena pengarang ingin mengungkapkan apa yang sebenarnya ingin disampaikan kepada pembaca.
Contoh :
. . . .
Ketahuilah olehmu, Samsul, walaupun di dalam dunia ini dapat kita memperoleh kesenangan, kesukaan, kekayaan, dan kemuliaan, akan tetapi dunia ini adalah mengandung pula segala kesusahan, kesengsaraan, kemiskinan, dan kehinaan yang bermacam-macam rupa dan bangunnya, tersembunyi pada segala tempat, mengintip korbannya setiap waktu, siap akan menerkam, barang yang dekat kepadanya.
. . . .

3. Latar

Latar terdiri atas latar waktu, latar tempat, dan latar sosial. Latar tempat novel Sitti Nurbaya di daerah Padang. Latar sosial dalam novel Sitti Nurbaya yaitu membicarakan kehidupan masyarakat Padang. Misalnya, bermata pencaharian sebagai petani perkebunan ( kopi dan kelapa sawit ), berdagang dengan menggunakan uang belasting. Uang belasting yaitu uang pajak harta benda atau pajak mata pencaharian diserahkan kepada Belanda.

4. Tokoh

tokoh-tokoh sebuah cerita terdiri atas tokoh protagonis, antagonis, dan sampingan. Dalam novel Sitti Nurbaya tokoh protagonis yaitu Sitti Nurbaya dan Samsulbahri. Tokoh antagonis yaitu Datuk Meringgih, dan tokoh sampingan yaitu Baginda Sulaiman, Arifin, dan Bakhtiar.

5. Teknik Penokohan

Teknik penokohan dan perwatakannya menggunakan teknik analisis langsung. Pada umumnya tokoh-tokohnya bersifat datar.
Contoh :
. . . .
Jika dipandang dari jauh, tentulah akan disangka, anak muda ini seorang anak Belanda, yang hendak pulang dari sekolah. Tetapi jika dilihat dari dekat, nyatalah ia bukan bangsa Eropa; karena kulitnya kuning sebagai kulit langsat, rambut dan matanya hitam sebagai dawat. Di bawah dahinya yang lebar dan tinggi, nyata kelihatan alis matanya yang tebal dan hitam pula. Hidungnya mancung dan mulutnya halus. Badannya sedang, tak gemuk dan tak kurus, tetapi tegap.
. . . .

6. Alur atau Plot

Alur novel yang digunakan dalam novel Sitti Nurbaya ini alur lurus. Novel ini mengisahkan cerita yang berurutan, dan awal hingga akhir secara jelas tanpa diselingi cerita yang sifatnya menyorot balik ( flash back ).

7. Gaya Bahasa

gaya bahasanya masih menyisipkan perumpamaan klise dan pepatah-pepatah. Namun, novel Sitti Nurbaya mempergunakan bahasa percakapan sehari-hari yang lain dari bahasa sastra lama.

Contoh perumpamaan klise :

. . . . .
Alangkah elok rupanya anak peakan-akan dagang yang rawan, yang bercintakan sesuatu, yang tak mudah diperolehnya. Pipinya sebagai pauh dilayang, yang kemerah-merahan warnaya kena bayang baju dan payungnya, bertambah merah rupanya, kena panas matahari.
. . . . .

Contoh pepatah :

. . . . .
Bukankah telah kukatakan dalam pepatah. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih ?
. . . . .

8. Sudut Pandang

Sudut pandang pengisahan pada umumnya mempergunakan metode orang ketiga. Pengarang berada di luar cerita.

Contoh sudut pandang :

. . . . .
Nurbaya pun tiada pula dapat menjawab apa-apa melainkan, "Selamat jalan, Sam ! . . . selamat sampai ke Jakarta !"
. . . . .

Pengikut